
Whoops, jangan ngeres dulu baca judul di atas. Maksud saya dengan istilah ‘jual diri’ di atas adalah bagaimana agar kita memiliki posisi atau nilai jual/unggul dalam kompetisi berskala global.
Seperti yang anda semua telah ketahui, bahwa di dalam dunia ini, kita tak akan pernah lepas dari yang namanya persaingan. Bahkan sejak lahir ke dalam duniapun, saat anda masih jadi bayi super imut, anda telah bersaing lewat tangisan anda…Ya! Bersaing untuk mendapatkan perhatian dari ibu anda, atau lingkungan sekitar anda. Insting alamiah anda telah terdidik untuk melakukannya secara alamiah, bahkan (mungkin) saat masih dalam bentuk DNA pada diri kedua orang tua anda.
Semakin hari, kompetisi dalam hal apapun semakin sulit. Sekarang untuk masuk ke sekolah tingkat paling dasarpun (baca : eS De) , nilai kompetisinya sudah melebihi ongkos kuliah saya per tahun.
Masuk kuliah, memilih profesi yang sesuai dengan bakat, minat & hobby, bahkan sampai memilih calon dan pasangan hidup-pun, persaingannya makin hari makin sulit. Istilah yang sempat dilontarkan oleh salah seorang kenalan saya : “Sekarang mah jamannya teman makan teman, senggol kiri senggol kanan…”
Kalau anda pikir punya gelar saja cukup, anda pastinya juga tahu berapa jumlah pengangguran di
Tadi pagi saat saya melihat video klip dari Nugie yang berjudul “Lentera Jiwa”. Saya seolah ter-tempelak dengan adegan-adegannya, dimana ada beberapa orang memegang papan nama bertuliskan nama dan profesi mereka saat ini, lalu saat papan nama itu dibalik…tertulis jalur pendidikan mereka dulu yang sangat-sangat melenceng dari profesi mereka sekarang…(Yang saya tersenyum simpul, seorang presenter, dulunya adalah anak arkeologi).
Lalu ada juga gambaran orang-orang yang memang menjalani profesinya atas dasar hobby, dorongan dari dalam jiwa mereka, dan mereka melakukan apa yang mereka sukai (Salah satunya si Sogi-Extravaganza).
Lalu apa hubungannya dengan ‘jual diri’ di atas???
Sekarang katakanlah anda punya hobby, bakat, dan minat dalam dunia desain grafis, anda sangat jenius dalam melukis, menggambar, bikin sketsa, ahli Photoshop, atau apa sajalah itu…Lalu jalur pendidikan anda juga sudah sangat mendukung, anda sekolah desain grafis, sekolah komik, sekolah desainer, sekolah arsitek…
Apa semua itu sudah cukup menambah ‘nilai jual’ anda di mata kebutuhan pasar global?
Ya…tapi hanya 20%
What the…
Ya…
20%
Dan nilai itu tidak akan pernah berubah jika anda belum mencapai suatu titik penyadaran untuk mengeksplorasi, apa saja sebenarnya kemampuan terpendam yang terkubur di bawah alam bawah sadar anda. (Inilah sebabnya seminar-seminar motivasi diri dari TDW, Andri Wongso, atau Mario Teguh yang nilainya jutaan itu laris manis kayak kacang goreng) :p
Oleh karena itu saya berani mengajak anda semua untuk meningkatkan ‘nilai jual’ diri anda di marketplace anda. Pandai-pandailah bersolek, riaslah diri anda se ‘cantik’ mungkin, per-indah setiap sisi jasmani-jiwa-dan-rohani anda, sehingga setiap saat ada jajaran direksi sebuah perusahaan besar, atau CEO sebuah MNC menganalisa presentasi anda, mereka akan berdecak kagum, bukan karena oleh gelar master yang berderet di belakang nama anda yang sudah panjang bukan kepalang itu…Namun karena mereka melihat KARAKTER anda, SISI UNIK saudara…dan itu adalah POTENSI diri anda…
Apa kata kuncinya : Dare To Be Different, Explore What’s Impossible, dan…Say No To Give Up!

1 komentar:
Sy jd inget sama episode Oprah. Ada anak gadis dr Afrika yang cerdas luar biasa tp tidak punya biasa utk melanjutkan kuliahnya. Utk dapat kuliah, si gadis ini setiap hari berdiri di trotoar dgn papan di dada, menawarkan siapa yg mau membiayai kuliahnya. Di situ dia jg tulis nilai ujiannya yg tinggi. Dan perjuangannya itu tdk sia2, akhirnya ada seorang ibu yg tertarik dgn keuletan dia & dia pun dibiayai...
Posting Komentar