Kamis, 11 September 2008

The Missing : Lilac



...Akhir Musim Gugur 2005...

Lilac berusaha memalingkan muka saat Toshio menamparnya tepat di pipi sebelah kanan, tidak keras, namun cukup untuk membuatnya tersadar akan hal bodoh yang baru saja hampir diperbuatnya...

"Kamu pikir dengan melompat ke dalam sana akan membuat segalanya berakhir dengan baik?!"
"Simply stupid like always..." , Toshio masih juga belum puas mengumpat, walau matanya nanar menatap dinginnya cahaya gemerlap yang dipancarkan gelapnya warna sungai Sumida...

Lilac tidak bisa berpikir, otaknya bagai sebuah harddisk tua yang stuck. Namun akal sehatnya belumlah mati. Dia masih bisa berpikir, tidak lucu jadinya kalau kakak sepupunya yang punya sakit jantung itu mati kaku kalau melihat headline berita kematian seorang gadis berumur 18 tahun yang ditemukan mengambang di Tokyo Bay...

Fantasinya buyar saat Toshio kembali menggandeng tangannya, menariknya dengan kasar tanpa kata-kata...

Butiran-butiran putih mulai menggumpal, bersatu dengan nafas Lilac yang semakin memburu mengikuti langkah Toshio yang semakin cepat dan menghentak. Langkah berat seorang pria yang mencintainya dengan penuh pengorbanan...

Dan untuk pertama kalinya setelah setahun mereka menjalani kehidupan bersama...Lilac melihat...

...Toshio menangis...

Tetes air matanya begitu deras, berderap seiring langkahnya, dan merasuk pada setiap elemen salju yang mulai terhampar di jalanan Nakamise...

Kuil Sensoji tampak bersinar merah karena efek horizon barat di akhir musim gugur...
Serupa semburat merah yang terpancar lembut dari kedua pipi Lilac...
Rambutnya menari-nari mengikuti setiap derap langkah memburu kedua insan yang dilanda gulana itu...

Dan ranting-ranting kering sakura melambai diterpa angin dingin, seolah bertanya kepada mereka berdua : "Sampai kapan kalian ingin berlari..."

Selarik hamparan padang bersambut senja Kala mentari berpingit pada singgasana Raja Ke peraduan rembulan aku mengadu atas sepiku Saat ribuan mata tombak beradu dengan panah apiku Asmara lampau tak layak dikenang Membawa sempurna pergi dari imaji yang lekang...

"Hentikan!" , teriak Lilac pada Toshio yang melagukan setiap bait puisinya sambil tetap berlari...
Namun Toshio masih saja berlari menggenggam erat telapak tangan dan jemari Lilac...

Sampai Lilac kehilangan kesabarannya...
Sekuat tenaga dia menahan langkahnya, sambil menarik balik tangan Toshio, sehingga Toshio kehilangan keseimbangan dan jatuh terjerembab menimpa Lilac...

Mereka berdua jatuh di atas dinginnya salju yang mulai menebal...

"Aku ingin ke Asakusa..." , bisik Lilac di telinga Toshio...

Kerjapan bening mata indah Lilac adalah mantra sihir termanjur untuk menghapus segenap murka & kesedihan Toshio...

Toshio tidak menjawab permintaan Lilac...
Dia hanya bertumpu pada kedua lengannya dan memandangi wajah lugu Lilac yang bersemu merah lembayung. Menyebarkan kehangatan aura mistik yang mengikat tubuhnya...

Lilac memejamkan matanya perlahan saat wajah Toshio semakin mendekat di hadapannya...
...dan...Lilac memegang erat bahu Toshio, melepaskan setiap beban dan deritanya...

...Sementara, aku hanya bisa berdiri di sana saat melihat...
...bibir mereka bersentuhan...

...Aku tersenyum...dan melemparkan liontin tabung perak yang ku genggam sedari tadi itu ke aspal jalanan...membuatnya berdenting nyaring...

Memulai awal sebuah simfoni lain yang mengalir begitu hangat & megah...
Dan aku semakin takjub...
Akan indahnya cinta...

(To be continued)

-Disclaimer :
All materials written on the story : The Missing : Lilac was taken from the script-draft of Gildy365's document, September 12, 2008 , 00:34 AM

Tidak ada komentar: